Bikin Iritasi Kulit, LG G Watch Diperbarui

Bikin Iritasi Kulit, LG G Watch Diperbarui

KOMPAS.com - Sejumlah pengguna jam tangan pintar LG G Watch dilaporkan mengalami iritasi kulit setelah mengenakan perangkat itu di pergelangan tangan. Beberapa ada yang lecet di kulit, alergi, bahkan sensasi seperti terbakar.

Masalahnya, sebagaimana dilaporkan Tech Hive, ada pada lima buah pin logam berbentuk bulat di bagian belakang gadget ini. Deretan kontak yang bersentuhan langsung dengan kulit itu digunakan untuk mengisi baterai G Watch.

Namun, empat pin kontak tersebut ternyata selalu dialiri arus listrik sepanjang waktu, walaupun G Watch yang berbasis sistem operasi Android Wear tersebut sedang tidak di-charge. 

Inilah yang memicu iritasi pada kulit. Di samping itu, pengguna-pengguna lain juga ada yang melaporkan pin kontak menjadi berkarat atau berubah warna. 

Menanggapi laporan-laporan pengguna, LG merilis sebuah update firmware untuk mengatasi permasalahan tersebut.

"Meskipun sebenarnya aman dan tidak mempengaruhi pengisian baterai, LG akan menyalurkan update dalam beberapa hari ke depan yang bakal mematikan arus listrik ketika G Watch sedang tidak berada di dock pengisian baterai," ujar seorang juru bicara LG yang dikutip Android Police. 

LG juga mengatakan bahwa update tersebut akan disalurkan secara otomatis ke semua pemilik perangkat G Watch secara over-the-air.
Tiga Alasan Telkomsel Bangun BTS

Tiga Alasan Telkomsel Bangun BTS

BANDUNG, KOMPAS.com - Ada tiga alasan yang biasa digunakan Telkomsel saat memutuskan untuk membangun BTS telekomunikasi mereka di Indonesia. 

Hal itu dikemukakan oleh Alex J Sinaga, Direktur Utama Telkomsel, saat meresmikan GraPARI Digilife di Dago, Bandung, Jawa Barat, Senin (21/7/2014)

Saat ini, ujar Alex, Telkomsel memiliki hampir 80.000 BTS di Indonesia. Cakupannya sudah mencapai 97 persen populasi penduduk. 

Apa tiga alasan pembangunan BTS Telkomsel? Alasan pertama, ujarnya, tentu adalah apakah layak secara bisnis. Itu artinya, keberadaan BTS tersebut akan mendatangkan keuntungan bagi perusahaan. 

Nah, alasan yang kedua, menurutnya adalah "layak ekonomi". Maksudnya, Alex menjelaskan, apakah kehadiran BTS di lokasi itu akan meningkatkan laju roda perekonomian setempat. 

Ia mencontohkan BTS di sebuah pulau yang penduduknya sedikit. Keberadaan BTS itu mungkin tidak layak bisnis, tapi bisa membantu nelayan di tempat itu mendapatkan informasi terbaru. Roda ekonomi pun berputar. 

Sedangkan alasan ketiga, tutur Alex, adalah soal kedaulatan negara. Itu mengapa Telkomsel mau membangun BTS di pulau-pulau terluar. 

"Kalau di lokasi itu sinyalnya perusahaan telekomunikasi Indonesia, sudah aman itu. Daripada pihak asing nanti masuk dan mengklaim mereka sudah sejak dulu bangun BTS di sana," tutur Alex. 

Saat ini, lanjut Alex, lebih dari sepertiga BTS Telkomsel sudah berkemampuan 3G. Bahkan,  beberapa tahun lagi, menurutnya Telkomsel tak akan perlu membangun BTS 2G lagi. 

Saat itu, menurutnya Telkomsel bisa fokus membangun BTS 3G, atau bahkan 4G, jika sudah memungkinkan dari regulasinya. 

"Indonesia mau tidak mau akan memasuki masyarakat digital, artinya harus ada coveragedigitalnya juga. Telkomsel tidak mau hanya coverage saja, kami juga mau masuk ke kreatif digital," ujarnya.
Layar BlackBerry Passport Diibaratkan “IMAX”

Layar BlackBerry Passport Diibaratkan “IMAX”

KOMPAS.com - Ponsel BlackBerry Passport memiliki layar 4,5 inci (1440x1440) berbentuk persegi dengan aspect ratio 1:1 yang tampak aneh di antara produk ponsel touchscreen lain yang rata-rata mengusung layar persegi panjang (16:9).

Mengapa BlackBerry menanam layar berbentuk kotak tersebut? Pabrikan asal Kanada ini menjabarkan alasannya dalam sebuah posting blog yang dikutip oleh PC World.

“Bioskop IMAX mulai dengan aspect ratio 16:9, kemudian proyeksi layarnya diperbesar ke ukuran aslinya dan penonton berkata ‘ooh’,” kata blogger BlackBerry Matt Young dalam posting tersebut.

Young pun mengatakan bahwa Blackberry Passport tak ubahnya bioskop IMAX untuk urusan produktivitas. “Anda tak harus mengorbankan bidang layar baik secara horizontal ataupun vertikal,” lanjutnya lagi.

Menurut Young, layar kotak 4,5 inci BlackBerry Passport menawarkan bidang pandang setara dengan ponsel 5 inci karena bentuknya yang melebar ke samping dibandingkan smartphone touchscreen pada umumnya.

Dia juga menjelaskan BlackBerry Passport mampu menampilkan sebanyak 60 karakter dalam satu baris di layar, hampir sama dengan rata-rata baris dalam buku yang memuat 66 karakter. 

Jumlah tersebut lebih banyak dari smartphone berbentuk persegi panjang yang hanya mampu menampilkan 40 karakter dalam satu baris.

Di samping display kotak yang membuatnya lebih lebar dibandingkan smartphone lain itu, BlackBerry Passport juga dibekali dengan deretan keyboard QWERTY yang ditempatkan pada ruang sempit di bawah layar.